Selasa, 13 Agustus 2013

[THOUGHT] Yuk Rame-rame Jadi Desainer & Pemimpin Agama!

Si saya sebel deh, http://blog.sepatumerah.net nggak bisa diakses (dari browser saya, soalnya tadi ada beberapa yang bisa buka selain yang nggak), padahal sudah dari kemarin saya pengin posting. Ya sudahlah, sementara saya tulis di sini dulu saja lah.

Jadi, entahlah kali kapan tau, saya pernah ditawari oleh seseorang untuk mengajar di sebuah tempat kursus desain. Baru mendengar kata 'tempat kursus desain' saja saya sudah 'Hah? Apah?'

"Iya, tempat kursus desain!" katanya dengan berapi-api.

Begitu mengobrol lebih jauh yang dimaksud tempat 'kursus desain' adalah... tempat kursus Photoshop, Corel Draw dan Illustrator.

Yaelah. Itu mah keurseus komputer grafis atuh Ceu.

Kata 'desain' dan 'desainer' itu belakangan ini semacam pasaran banget ya? Setiap orang bisa mengklaim dirinya sebagai 'desainer' selama pekerjaannya berhubungan dengan Photoshop, Corel Draw dan Illustrator. Bahkan ada juga yang bilang desain adalah hobi. Hobi gue desain-desain gitu deh. :D

Kalau sudah begitu rasanya saya ingin mem-pukpuk-i seluruh mahasiswa saya dan mahasiswa jurusan desain kampus lain. Sementara mereka susah-susah pakai air mata, begadang, sakit tifus, sakit liver, mengeluarkan duit sebegitu banyak untuk meraih gelar 'Sarjana Desain', eh yang lain kok kayaknya gampang banget mengklaim diri sebagai desainer.

Kadang-kadang saya suka meledek mahasiswa saya "Lo ngapain sih susah-susah sekolah di sekolah desain untuk jadi desainer? Orang-orang lain tuh, nggak pake sekolah udah jadi desainer."

Mahasiswa saya biasanya hanya cengar-cengir sih, malah ada beberapa dari mereka (yang sudah lulus) mengaku justru mereka takut memakai kata 'desainer' --- tanggung jawabnya besar, kata mereka. Mereka takut hasil karya mereka tidak cukup layak untuk disebut desain --- 'Ya takutnya, apa yang saya kerjain itu sekedar bikin grafis indah, tapi nggak mecahin masalah apa-apa'

Padahal desain sendiri bukan cuma berarti bikin poster (atau gambar) pakai Photoshop, Corel Draw dan Illustrator. Desain adalah soal pemecahan masalah masyarakat secara kreatif. Makanya pas kuliah, selain diajari soal skil-skill yang berhubungan dengan memproduksi barang hasil desain, juga diajari masalah psikologi manusia, proses komunikasi, sejarah-sejarah, budaya, bahasa visual, manajemen, dan yang lalalalalainnya. Sehingga seharusnya ketika nantinya mahasiswa menjadi desainer, apa yang mereka kerjakan selain bisa menguntungkan pihak kapitalis bisa kasih kontribusi untuk kebaikan masyarakat.

...

Masih pada waktu entah kapan, di kesempatan lain, saya dan kawan saya sempat ngobrol soal seorang kawan yang lain yang memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan sekulernya untuk menjadi pendeta.

"Wih, sekolah lagi deh lama. Masih sekitar lima tahun lagi baru jadi pendeta." Itu komentar saya.

Ternyata kata kawan saya ini, si kawan itu sudah jadi pendeta. Yang ada saya bingung dong, itu kapan sekolah teologi-nya, kok ujug-ujug mejegagig sudah jadi pendeta saja.

"Ya kan, sekarang ada kursus jadi pendeta, enam bulanan lah sampai bisa jadi pendeta."

Eh ? Enam bulan?

Yang saya tahu sih (koreksi kalau saya salah), orang-orang yang mau jadi pendeta harus kuliah di fakultas/jurusan teologi, kemudian setelah semester atas, mereka memilih untuk menjadi guru agama atau pendeta. Ya intinya sih, butuh waktu sangat panjang untuk memperkaya diri dengan ilmu supaya mumpuni dalam memimpin orang secara rohani.

Lah ini, 6 bulan? Proses belajar sepanjang itu dipadatkan jadi enam bulan? Dan begitu menyelesaikan 'kursus' enam bulan, tadaaa... jadilah pendeta.

Ini kok ya mirip dengan fenomena desainer ya? Saya sih nggak tau ya apa yang diajarkan di kursus pendeta enam bulan itu; kalau di kursus 'desain' ya paling skill komputer grafis - ya cuma tahu bagaimana mengoperasikan software-software tersebut (sekaligus mengindah-indah) untuk menghasilkan - entahlah, apapun yang diklaim produk desain.

Yapantes sekarang orang-orang beramai-ramai jadi pendeta (dan pemuka agama lain, mungkin?). Gampang sih caranya. :))

Eh iya, kemarin saya sempat nih iseng-iseng mengobrolkan fenomena jadi pendeta dan pemimpin agama secara umum; ternyata ada cara lebih mudah lagi untuk jadi pemimpin agama.

(1) Jadilah orang yang brengsek banget, kemudian bertobatlah. Bersaksi dan cerita gimana cara mereka mendapat hidayah/pencerahan. Tadddaaaa... jadilah pemimpin agama.
(2) Pindah agama lah, kemudian ceritakan bagaimana proses mendapat hidayah pada semua orang, kemudian... tadaaaa... jadilah pemimpin agama.

Kalau dibalikin ke masalah desainer, Saya nggak menutup kemungkinan bahwa seiring dengan waktu, seseorang bisa juga mempelajari masalah desain tanpa ikuti pendidikan formal, bisa juga kok. Bahkan sangat memungkinkan.

Cuma kalau soal jadi pemimpin agama? Saya pribadi sih nggak mau ya dipimpin secara rohani oleh pendeta produk sekolah 6 bulan dan jadi bahan percobaan seiring dengan dirinya belajar dan memperkaya diri. :D

Ehiya, profesi yang mudah didapat tanpa sekolah selain pemimpin agama dan desainer, ada juga chef! Ikut saja lomba masak-memasak di TV itu, tadaa.. jadi chef.

:D